Wednesday, October 22, 2008

Alif's First Test

***
"Aduh, ibu.... Sekolah SD itu susah!"

Itu keluhan anakku pada awal dia bersekolah di SD. “Kenapa, nak? Alif kan suka matematika” tanyaku sambil mengingatkannya. “Tapi bu matematikanya pake bahasa Inggris. Alif gak ngerti!”. Hm… memang setelah aku pelajari bahan pelajarannya aku akui tingkat kesulitannya jauh lebih tinggi dibanding apa yang aku dapat pada saat aku seumur dia!

“Kenapa Alif tidak sekolah di jaman dulu aja…?!” teriaknya disela-sela waktu belajarnya di rumah mempersiapkan ujian pertamanya di SD minggu ini. Kalimat itu dia kutip dari ucapan keheranan ayahnya saat membaca2 buku pelajarannya “Pelajaran ayah dulu tidak sesusah ini…??”.

Pada hari pertama, Senin yang lalu, dia menyesali 1 soal yang tidak bisa dijawab pada pelajaran Agama Islam. Bunyi pertanyaannya kalau tidak salah adalah “Pokok-Pokok Agama Islam disebut juga...”. Menurut hand book-nya jawaban yang benar adalah “Rukun Iman” yang sebetulnya sempat kami bahas pada malam sebelumnya. Tetapi tampaknya dia lupa karena kalimat pertanyaannya agak sulit dia pahami.

Dua malam yang lalu kami membahas pelajaran Al Qur'an. Bahan yang harus dipelajari adalah Surat Al Fatihah. Sulit buat dia memisahkan ayat ke-3 dan ke-4. Setelah bersusah payah beberapa lama akhirnya dia bisa mengingat akhir ayat 3 dan awal ayat 4 dengan cara memperlambat bacaannya sesuai saranku. Alhamdulillah.

Dan kemarin malam dengan bangga dia laporkan bahwa dia tidak menemui kesulitan menjawab pertanyaan. “Biasa-biasa saja, bu”, itu jawabannya saat aku menanyainya tentang tes hari itu. “Kalau begini terus Alif bisa juara 1, bu!”. Wah… bangganya mendengar komentarnya.

Sebenarnya tidak pernah aku berniat memaksa anakku menjadi yang terbaik di kelasnya secara akademik. Aku hanya ingin ia dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak tertinggal dari teman2nya. Aku tidak ingin dia tertekan dan stress menjalani masa kanak2nya. Aku lebih mementingkan dia memiliki “Life Skill” yang baik dan belajar menjadi anak santun terhadap lingkungannya. Terhadap orang tua, saudara, guru dan temannya juga terhadap tumbuhan dan binatang di sekitarnya, bahkan terhadap gedung sekolahnya! Artinya dia juga harus mengerti bagaimana merawat apa yang dikaruniakan kepadanya.

Tetapi untuk memacu semangat belajarnya kami (aku dan ayahnya) menjanjikan mainan yang sangat diinginkannya, yaitu PSP. Sampai saat ini dia berusaha menabung untuk membeli PSP. Tapi akhir minggu lalu aku memberikan pilihan untuknya, bila ia berhasil melalui ujiannya dengan baik kali ini dia bisa mendapatkan mainan itu lebih cepat dari pada cara menabung yang kami perkirakan baru terbeli setelah 3 tahun. :-)

Entah anakku seorang yang realistis, meragukan kemampuan diri sendiri, atau agak malas berusaha, beberapa lama kemudian dia mempertanyakan apa akibatnya bila dia tidak berhasil mencapai juara 1 sampai dengan 5 (batas akhir yang kami berikan padanya) di kelas. Aku berikan kata “gagal” untuk itu dan pasti dia tidak akan mendapatkan PSP. Segera setelah itu dia melakukan negoisasi hadiah apa yang akan dia dapatkan. “Dari pada beli PSP yang harganya 2 juta lebih baik beli CD PS aja yang harganya 6 ribu, bu!”

Hari ini hari Rabu. Masih dua hari lagi sebelum minggu ini berakhir. Semoga anakku tetap bersemangat melalui hari2 ujiannya minggu ini dan mendapatkan hasil yang baik. Amien.

Friday, October 10, 2008

Joining FaceBook

What a pleasure! Getting closer with friends via FaceBook!

Tapi belum ketemu temen2 SMA nih... Temen kuliah baru ketemu 1, Pak Imam Baihaqi. Foto-foto anaknya lucu. Gendut.

Yang banyak temen kerja pastilah... yang paling happening right now soalnya. :-)