Friday, April 30, 2010

Aku Jatuh Cinta Lagi

Aku lagi-lagi jatuh cinta pada cerita sebuah novel. Kali ini tentang kehidupan seorang perempuan India yang terlahir dan bertakdir miskin sepanjang hidupnya. Apa yang dapat kupetik dari ceritanya. Tentang semangat untuk mengisi dan tetap hidup.

The Space Between Us – Jarak di Antara Kita dengan pengarang Thrity Umrigar. Cara nya bertutur panjang. Menggambarkan suatu saat begitu detail, kadang mendayu-dayu. Kadang aku hampir bosan membacanya, tapi pada saat yang lain tak sabar memahami ceritanya.

Sepanjang hidup dihantam dengan berbagai keadaan, merenggut kebahagiaannya…Harusnya ada yang lain yang bisa dilakukan perempuan bodoh yang tak bisa baca tulis itu. Harusnya dia percaya bahwa ada Dia Disana tempat bergantung. Tempat kita berkeluh kesah.

Lalu ada yang ini................cerita dari negeri sendiri. Sebuah kenyataan yang berbeda walau hidup di bumi yang sama.

Negeri 5 Menara - Wah… tak bisa berhenti membaca sebelum selesai. Subhanallah, buku yang sangat indah. Menggambarkan perjuangan seorang anak manusia dan 5 sahabatnya menuntut ilmu di sebuah pondok pesantren modern di Jawa Timur. Memaksimumkan kemampuan diri sampai kebatas akhir. Man jadda wajada. Membuktikan cita-cita setinggi langit pun dapat dicapai dengan usaha, doa dan tawakal. Sesuai janji Allah SWT (betapa murah hatinya Ia).

Penggambaran cerita sangat menarik. Serius menerangkan kehidupan keras dan “ikhlas” didalamnya. Memulai hari pada pukul 4 dini hari, tak terhitung kegiatan tambahan lain yang menjadi pilihannya di malam hari, dengan jadual ketat yang tak bisa ditawar (Sungguh! Ada hukuman untuk yang melanggar!) sampai akhir hari pukul 10 malam. Tetapi ada juga bagian yang kocak, aku tertawa terbahak-bahak karenanya.

Yang ini sepertinya sekelas dengan “Laskar Pelangi”, tapi dengan gaya penuturan yang berbeda. Gaya bertutur yang rendah hati seorang Islam berpendidikan tinggi.

Ya Allah, mampukah aku membimbing anakku menjadikan anak seperti dia, Alif Fikri, tokoh utama di novel ini?

Is it really true, Alif?

When we were doing my son’s home work one night, there was a question, “Responsibility of a Mother is….” And I said, “Taking care of her son”. But soon Alif replied, ”But you are working and I am in school”, he meant our activities during the day…in which I don't stay around him... he is wondering how can I taking care of him??

Oooohhh… my son thinks I am not taking care of him… huhuhuhu…. :’(

------------------------------------------------------------------------------------
Cerita yang lain…

Setelah memeriksa hasil ujian tengah semester nya untuk pelajaran bahasa Indonesia, adikku Melati berkomentar, “Mbak, Alif tidak mengisi 1 jawaban. Blank…”. Ternyata perintahnya adalah “Ceritakan pengalaman yang menyenangkan bagimu!”.

Aku terhenyak dengan kenyataan itu. Saat aku tanyakan mengapa dia tak menjawab, Alif mengatakan tak ada pengalaman menyenangkan yang dapat diceritakannya! Duh, betapa sedih hatiku… begitu sulitkah baginya untuk menemukan pengalaman menyenangkan untuknya akhir2 ini? Ternyata pula dia meng-asosiasi-kan pertanyaan dengan pengalaman berpergian keluar kota sebagai salah satu pengalaman menyenangkan. Satu hal memang sangat amat sulit kami lakukan. Banyak alasan yang membuat banyak rencanaku batal karena berbagai aktifitas dan alasan suamiku… hiks!

Hhhh… sebagai anak tunggal, satu2 nya, yang semua perhatian dan kebutuhan berusaha kami penuhi, ternyata tak ada pengalaman yang benar2 istmewa untuknya….

Aku menyindir dengan mengatakan, “Oh, ternyata dibelikan mainan bukan pengalaman menyenangkan buat Alif. Bagaimana bila Alif tidak udah dibelikan mainan lagi??” L

Kejadian ini benar2 mengharuskan aku dan suamiku untuk intropeksi diri. Aku mengingatkan suamiku bahwa pengalaman masa kecil kami tidak harus bisa berlaku untuk masa kecil Alif, dimana banyak hal berubah saat ini.