Thursday, June 26, 2008

Laskar Pelangi

***
Baru saja aku selesai membaca 3 seri buku Laskar Pelangi. Tapi, sungguh, jilid satu adalah novel yang sangat menyentuhku. Acung 2 jempol untuk pengarangnya ANDREA HIRATA.

Dia bisa membawa pembaca ikut merasakan pengalaman pelakon utama, Ikal. Pengalaman hidup yang mengharu biru. Perjuangan keras yang mengesankan. Pencarian cinta yang indah. Kemiskinan yang tak membuat Ikal menyerah!
Gaya bahasanya cerdas dan mengusik pencernaan wawasan pada setiap paragrafnya. Aku jatuh cinta pada novel itu. Benar2 jatuh cinta. Aku terperangah dengan apa yang dipaparkannya. Sebuah kenyataan hidup yang sangat berbeda dengan pengalaman hidupku.
(Wah... tampaknya aku sudah mulai pula menjadi penulis sastra dengan gaya bahasa flamboyanku ini :-)).

Disambung dengan dwilogi Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy. Novel islami yang menggugah kita untuk menjenguk hubungan kita dengan Sang Pencipta.

Dan ditambah tausiah pengajian saat makan siang hari ini, tiba2 aku merasa hidupku banyak tersia-sia. Aku tak ingin anakku menyia-nyiakan masa mudanya. Masa keemasannya. Aku tak mau ia terlena seperti yang mungkin aku alami. Aku harus menjadikannya pemuda yang berguna, untuk dirinya, untuk keluarganya dan untuk agamanya. Pemuda yang mempunyai Cita-Cita Setinggi Langit. Setinggi Langit Ke-tujuh. Sebuah impian yang rasanya tak pernah aku punya.
Semoga Allah selalu membimbingku, membimbing keluargaku dan selalu memberikan sinar hidayah-Nya kepada kami. Amien.

*

Cita-Cita Anakku

***
Alif, anak lelakiku satu-satunya saat ini berumur 6.5 tahun. Akan segera masuk SD kelas 1.

Waktu berumur 1 tahun, ia senang bermain dengan panci dan wajan. Sepertinya suara denting nyaring pukulan sutil ataupun gayung sayur pada panci ataupun wajan sangat menarik perhatiannya saat itu. Sehingga bila kami berkunjung ke mall/supermarket, dia selalu berhasil 'menyeret'ku dengan jeritan kuatnya ke area alat-alat rumah tangga. Sebagai akibatnya alat masak Yang Ti, sebutan ibuku untuknya, banyak yang bolong-bolong rusak dan akhirnya harus direlakan ke tukang loak.
Sempat aku kuatir dengan kesenangannya tersebut.

Saat ulang tahunnya yang ke-2, adikku Melati menghadiahkannya sebuah buku tentang Tukang Bangunan BOB THE BUILDER. Saat itu serta merta perhatiannya teralih kepada semua yang berhubungan dengan bangunan, bahkan sampai ke Eskavator (yang aku dan dia sebut sebagai Traktor) dan Mesing Giling (sebutanku untuk alat berat penghalus jalan raya). Begitu kagumnya ia pada 2 alat-alat besar itu sampai-sampai kami (aku & Ayahnya) harus berhenti dan mengantarkannya memegang (mengelus tepatnya) bila kami bertemu alat besar itu dalam banyak perjalanan.

Saat ia berumur 3 tahun aku sudah mengenalkannya dengan komputer melalui games. Dan sejak itu dia terobesi menjadi TENTARA. "Mau seperti Mbah Kung" katanya. Mbah Kung adalah sebutan kakek dari pihak Ayahnya. Segala bentuk mainan dari helm, kacamata besar, pistol2an yang dicantolkan ke tali pinggang, senjata panjang sampai setelan lengkap baju tentara adalah yang paling digemarinya. Dia berlari keliling rumah dengan peralatannya itu dan berkhayal sedang mengejar musuh. Sampai saat ini dia selalu mau berperan menjadi tentara dan Ayahnya harus menjadi musuh!

Umur 5 tahun saat dia di TK A keinginannya berubah menjadi ROBOT. Ini karena pengaruh film TRANSFORMER. Saat itu kusadari bahwa anak perlu didampingi saat menonton. Aku menyalahkannya kenapa dia memusuhi polisi dalam film itu karena polisi seharusnya berpihak kepada yang baik. Tapi ternyata polisi robot itu adalah samaran dari lakon musuhnya!

Saat 6 tahun ia mengaku akan menjadi DOKTER seperti yang tercantum di buku kenangan tahunan TK-nya. Sungguh geli saat membacanya karena tak pernah sekalipun kami membahas cita2 Dokternya itu. Sepertinya dia terpengaruh dengan cita-cita teman2nya yang hampir semua ingin menjadi dokter saat wawancara untuk isi buku kenangan itu berlangsung.

Dan yang terakhir, awal minggu ini diawal libur panjang kenaikan kelas, saat dia mengantarku ke kantor dengan mobil yang dikemudikan Ayahnya, cita-citanya ternyata berubah lagi...! Kali ini ia ingin jadi PEMAIN FILM! Hah! Aku sangat terkejut mendengarnya. Dari mana lagi dia mendapatkan ide cita-cita barunya itu? Sangat aku curigai dia terpengaruh dengan sinetron TV yang selalu menjadi tayangan favorit asistenku, alis si Mbak, yang membantuku di rumah! Aku katakan, "Itu juga cita-cita yang baik karena Alif bisa menjadi apapun termasuk Tukang Bangunan, Tentara, Robot maupun Dokter." yang kemudian dilanjutkan komentar dari Ayahnya, "Ya, tapi semua boong-boongan!".

Walah... mungkin ini salah satu akibat ibu bekerja, yang berada di luar rumah saat anaknya libur panjang sekolah...