Monday, January 14, 2013

Investasi ala Alif

Menurutku Alif adalah seorang pengamat. Dia berbakat mengamati apa yang terjadi di sekelilingnya. Dan aku bersyukur dan berbangga atas karunia ini. Bukan kah menjadi "pembaca" adalah yang diperintahkan oleh-Nya? Be frankly, pengamatanku sendiri mungkin tidak secermat Alif.

Seiring dengan pembelajaranku dengan dunia investasi, Alif tiba-tiba meminta aku untuk mengubah tabungannya ke dalam bentuk emas. Sementara, menurutku ini adalah titik kulminasi dia memahami investasi saat ini. Walaupun ujung-ujungnya tujuan dia menabung adalah untuk beli mainan. Tak apalah.

Rupa2nya dia mengamati apa yang aku lakukan sehari-hari dan "menguping" pembicaraanku dengan suami. Dia mengerti, menabung tak dapat mengalahkan inflasi. Dan dengan mengubah bentuknya menjadi emas, dia berharap ada pertambahan nilai di sana. Hehe.. aku hanya mengamini nya saja.

Sepertinya Alif memang tertarik terhadap dunia finansial. Mulai umur sekitar 3 tahun aku mengajarinya menabung. Maksudku adalah agar dia mengenali mata uang dan sekalian belajar menghitung. Setelah berapa lama, aku mengajaknya membuka tabungannya. Tentu saja kebanyakan uang nya adalah uang receh. Saat itu dia menyebut "uang" untuk uang kertas dan "duit" untuk uang receh. Hahaha...

Agak lama kami memilah, menyusun dan menghitung uang receh dan juga sedikit uang kertas. Karena nilai uang kertas lebih besar dari pada uang receh, tentu saja menghitung uang kertas lebih cepat dan pertambahan nilainya pun lebih banyak. Setelah kami selesai menghitung, sejenak Alif tampak berpikir dan kemudian berkata dengan sedikit berteriak, "Kalau gitu, ibu kasih aku uang yang seperti ini saja (menunjuk 5000-an)". Sedikit terhenyak aku berpikir, secepat itu dia mengambil kesimpulan bahwa "uang" lebih besar nilainya daripada "duit. Aha!

Sampai saat ini pun di sekolah Alif menunjukan ketertarikannya pada matematika. Di kelas 2 dia sudah diwajibkan menghafal perkalian sampai seratus. Tapi karena aku lebih percaya pada logika daripada sekedar hafalan, aku tak memaksanya menghafal. Hasilnya, dia memang agak kesulitan dengan pelajaran tersebut pada awalnya. Tapi kemudian, dia menemukan caranya sendiri bagaimana mengalikan dengan bantuan rumus sederhana yang dikreasikannya sendiri.

Di kelas V ini, logika berpikirnya menjadi lebih baik. Bahkan terkadang aku kesulitan mengikuti cara berpikirnya. Pekerjaan rumah mempunyai hasil sama dengan cara lamaku, tapi dia mengerjakan dengan cara yang berbeda.

Saat aku kembali ke rumah dari sebuah workshop tentang Technical Analyis saham. Alif mendekatiku sambil melihat layar komputer ku. Dia masih bersekolah kelas III atau IV. Saat itu aku sedang berusaha membaca pola dari grafik sebuah emiten. Melihat ketertarikannya, sekalian saja aku jelaskan materi yang berhubungan dengan itu. Seketika dia berkomentar bahwa pola yang terlihat di layar adalah pola tertentu. Ha? Tentu saja aku takjub! Aku yang sudah beberapa lama mengamati dan masih belum menemukan pola yang tepat, Alif lebih cepat melihatnya!

Dan sering kali sekarang, sepulang sekolah dia mengelilingi tempat duduk ku dan bertanya, "Untung berapa hari ini, bu?" hahahahahaaaa...

Pernah juga suatu kali dia berkeras bertanya keuntungan yang aku dapat hari itu dan juga modalnya. Tanpa mengetahui arti dari kata "persentase" dia berkomentar, "Koq kecil sekali, bu? Untuk untung cuma segitu, modal yang ibu pakai besar." Hahahaahaaaa.... Alif... Alif... kamu kritis sekali nak!

No comments: