Monday, January 14, 2013

Membaca

Iqra. Bacalah!

Kepekaan hati nuraniku sepertinya sedang dibukakan oleh Allah. Aku sedang senang mengikuti tausiah Ustadz Yusuf Mansur melalui youtube. Wisata Hati, siaran harian subuh di sebuah stasiun televisi. Memang benar, sedikit saja kita melangkah kepadaNya maka Dia berlari menuju kita. Mudah2an.

Setelah pertemuan dengan bapak dan 2 anaknya di mini market itu, tiba2 aku teringat teman kerja lamaku. Sudah lama sekali aku mengiyakan untuk bertandang ke rumahnya saat dia mengundangku dulu. Tapi selama ini terasa berat karena tempatnya yang jauh. Tapi hari itu, walau hujan sepanjang hari, hatiku terasa ringan melangkah untuk bersilaturahmi dengannya.

Aku menanyakan sekali lagi via sms, dimana alamat rumahnya. Dia memberikan ancer-ancer ke rumahnya. Terbesit sebuah pertanyaan, kenapa yang diberikan adalah arah sedangkan aku bertanya alamat?

Alhamdulillah, walau hujan, perjalanan sangat lancar. Mungkin memang perjalanan silaturahmi dimudahkan olehNya. Sampailah aku di suatu desa di Cikande, Serang. Memasuki rumahnya, aku sempat terhenyak dengan keadaan rumah temanku ini. Diluar dari lingkungannya yang asri, bahan bangunan rumahnya murni terbuat dari gedek. MasyaAllah. Benar-benar tidak kusangka kehidupan dia dan keluarga nya selama ini. Tapi, bertolak belakang dengan persepsiku yang ada dalam benakku, aku menangkap aura ketenangan di dalamnya. Kebahagiaan keluarganya, anak2nya yang pintar dan sehat, rumah yang bersih dan wangi. Apakah ini gambaran keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rahmah? InsyaAllah.

Satu pelajaran yang aku dapat hari itu, bahwa kehidupan yang sederhana pun ternyata bisa membawa ketenangan dan kebahagiaan. Siapa bilang mempunyai rumah berdinding bambu, beralas tanah selalu  membuat seseorang bersedih hati, berkeluh kesah? Di dalam keterbatasan hidupnya, dia Diana temanku, hidup berbahagia bersama keluarganya. Alhamdulillah.

Senang aku mendengar Mbak Ning, kakak Diana, yang bertempat tinggal bersebelahan, membuat kue-kue kecil dan menjajakannya berkeliling. Terkenal dia di daerah itu sebagai si tukang kue. Bukti bahwa beliau tidak berpangku tangan tapi berusaha sekuat tenaganya. Subhanallah...

Ya Allah, terimakasih atas satu lagi pelajaran hidup yang kau berikan padaku. Bersyukur dan menerima suratanMu adalah yang terpenting...

No comments: